Monthly Archives: Oktober 2011

Pseudoevaluations (Evaluasi Semu)

Pendekatan yang mengunakan meode-metode deskriptif untuk menghasilkan informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai hasil kebijakan, tanpa untuk berusaha menanyakan tentang manfaat atau nilai dari hasil-hasi tersebut terhadap individu, kelompok, atau masyarakat secara keseluruhan. Asumsinya bahwa ukuran tentang manfaat atau nilai merupakan sesuatu yang dapat terbukti dengan sendirinya (Self evident) atau tidak kontroversial.

Dalam evaluasi ini secara khusus menerapkan bermacam-macam metode (desain eksperimental-semu, kuesioner, random sampling, teknik setatistik) untuk menjelaskan variasi hasil kebijakan yang ada (misalnya: jumlah lulusan pelatihan yang dipekerjakan, Unit-unit pelayanan medis yang diberikan, keuntungan bersih yang dihasilkan) diterima begitu saja sebagai tujuan yang tepat.

Pendekatan-pendekatan yang ada pada evaluasi semu:

Pendekatan 1: Public-Relation-Inspired Studies (Studi-studi yang diinspirasi dari Hubungan Kemasyarakatan)/promosi
Sebuah kasus yang mirip dengan pseudo evaluation adalah studi yang direncanakan, dilaksanakan dan digunakan untuk memenuhi tujuan hubungan kemasyarakatan. Pada studi jenis ini, pelaksana utamanya adalah para propagandis informasi-informasi yang dibutuhkan oleh publik. Tujuan dari studi ini adalah untuk membantu klien menciptakan penilaian positif terhadap sebuah institusi, program, proses, dan sejenisnya. Pertanyaan-pertanyaan yang dijadikan panduan pada studi jenis ini diperoleh dari para spesialis PR (public relation) dan para administrator yang mengonsepsi pertanyaan-pertanyaan yang paling popular bagi para konstituen.
Umumnya, studi-studi hubungan kemasyarakatan mencari informasi yang bisa membantu  dalam mengamankan dukungan publik terhadap institusi atau program yang ada. Metodologi yang biasa digunakan pada studi-studi hubungan kemsyarakatan  adalah metodologi survey, eksperimen, dan penggunaan jasa konsultan “ahli”.
Kadangkala, evaluator dan klien-kliennya adalah para konspirator untuk melakukan kedua jenis studi tersebut. Dalam situasi yang berbeda, para evaluator yang meyakini bahwa mereka melakukan penilaian yang tidak memihak pada kelompok atau individu tertentu, menemukan bahwa klien mereka memiliki maksud lain. Di saat yang tepat, klien mementahkan studi yang dilakukan dengan maksud menghasilkan gambaran palsu yang diinginkan. Adalah sebuah keharusan bagi para evaluator untuk lebih bersikap waspada dari pada biasanya menimbang hal ini sangat potensial menimbulkan konflik; jika tidak demikian, tanpa mereka sadari, mereka menjadi kaki tangan dari sebuah usaha penyesatan melalui kegiatan evaluasi.
Clancy dan Horner memberi contoh pedih studi hubungan masyarakat yang seharusnya namun tidak dilakukan untuk mendapatkan pelajaran berharga dari Perang Teluk 1991:
Di negara-negara bersatu, para kepala staf gabungan dan masing-masing departemen pelayanan diterbitkan “dipelajari” dokumen-dokumen yang dalam iklan sebenarnya untuk program individu, persyaratan, atau layanan. Yang disebut “penelitian” cenderung lebih mandiri yang kritis terhadap lembaga yang disponsori pekerjaan. Dan terlalu banyak buku, monograf, studi, dan dokumen resmi salah saji fakta, dengan tujuan menyelamatkan sistem senjata, doktrin militer, atau reputasi yang layak tidak bisa sebaliknya didukung. Mereka PR dokumen, tidak jelas penilaian jujur bermata, dan mereka bertujuan untuk mempengaruhi segera-to-datang pengurangan anggaran dan perdebatan atas peran masing-masing layanan dan misi.

Pendekatan 2: Politically controlled Studi (Evaluasi yang dikontrol secara politis).
Pada tipe ini, para pelaku evaluasi mendapat ancaman baik terang-terangan ataupun sembunyi-sembunyi dari para klien. Para klien ini mengawasi kerja mereka dalam evaluasi tertutup itu dengan tujuan mengamankan langkah mereka untuk mendapatkan, menjaga, atau meningkatkan porsi mereka dalam segi pengaruh, kekuasaan, dan kekayaan.
Pertanyaan-pertanyaan yang dibuat pada jenis evaluasi ini adalah hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan klien dan kelompok-kelompok tertentu yang juga memiliki kterkaitan dengan klien. Dua pertanyaan yang merupakan panduan utama dalam jenis evaluasi ini adalah: Informasi apa yang menguntungkan jika suatu saat terjadi konflik? Dan data apa yang menguntungkan jika suatu saat terjadi konfrontasi? Metodologi yang biasanya digunakan pada evaluasi tertutup ini mencakup analisa dokumen, observasi terhadap para partisipan, penelitian simulasi, investigasi tertutup, dan pemeliharaan dokumen-dokumen rahasia. Biasanya, para klien menginginkan informasi-informasi yang ada dilihat orang lain didapatkan seteknis mungkin, tetapi mereka juga menginginkan jaminan bahwa penyebaran informasi tersebut dapat dikontrol. Hal ini dikarenakan informasi-informasi tersebut akan diseleksi sebelum dipublikasikan untuk memberikan gambaran yang menyimpang terhadap nilai objek yang dievaluasi, atau informasi-informasi yang ada tersebut sama sekali tidak dipublikasikan guna menutupi situasi yang sebenarnya.  Pendekatan seperti ini dinamakan “pseudo-evaluation”.
Untuk menjawab klaim-klaim yang menyatakan bahwa “evaluasi tertutup” ini hanya khayalan saja (tidak nyata), penulis memaparkan kepada pembaca untuk mempertimbangkan contoh berikut ini: Suatu ketika, seorang pengawas dari salah satu distrik di suatu negara, dimana distrik tersebut merupakan distrik dengan jumlah sekolah terbanyak, menyampaikan bahwa ia memiliki catatan informasi yang komprehensif dari tiap sekolah yang ada di wilayahnya. Informasi-informasi itu mencakup catatan prestasi siswa, kualifikasi para guru, penyampuran ras antara siswa dan guru, anggaran belanja rata-rata per siswa, karakteristik sosio-ekonomi siswa, lama jabatan rata-rata guru di sekolah-sekolah tersebut berdasarkan system yang berlaku, dan seterusnya. Data-data ini banyak memaparkan informasi dari sekolah-sekolah di wilayah terpencil. Ketika ditanya mengapa semua data yang ada dalam catatan dokumen ditulis dengan pensil, pengawas tersebut menjawab bahwa sangat penting baginya untuk selalu mendapatkan informasi terbaru mengenai kondisi tiap sekolah yang ada di wilayahnya. Kendatipun demikian, ia menambahkan, adalah sebuah hal yang penting bahwa masyarakat luas, dewan rakyat, dan kelompok-kelompok minat dalam masyarakat, dalam hal-hal tertentu tidak mendapatkan akses terhadap informasi yang ada – dimana terdapat kekhawatiran bahwa pihak-pihak ini akan menggunakan informasi-informasi tersebut untuk melakukan kejahatan di wilayahnya ataupun mengancam jabatannya disana. Oleh karena itu, seorang asisten khusus dipekerjakan untuk selalu memperbarui data, hanya diperbolehkan satu kopi data dan kopian tersebut dikunci rapat di meja sang pengawas. Inti yang bisa diambil adalah, investigasi tertutup yang dilakukan oleh sang pengawas dan publikasi informasi yang selektif, jelas bukanlah bagian dari evaluasi yang sebenarnya, dimana tidak terdapat keterbukaan. Menurut pandangan penulis, hal seperti ini adalah sebuah contoh pseudoevaluation.

Pendekatan 3: Pandering Evaluation (Evaluasi Perantara)/calo/broker
Beberapa evaluator sisihkan setiap komitmen untuk integritas layanan evaluasi tesis dengan melayani keinginan klien pasti kesimpulan evaluasi sebelumnya, terlepas dari kinerja aktual suatu program dan hasil. Dengan memberikan kesimpulan yang diinginkan, evaluator sering memposisikan diri dengan baik dari klien. Hal ini dapat menempatkan evaluator dalam posisi menguntungkan untuk melakukan evaluasi tambahan untuk klien di masa depan.
Dalam perantara dengan keinginan klien, penyelenggara memajukan evaluator adalah kesimpulan disukai klien evaluasi, seringkali sebesar laporan yang menguntungkan. Tujuan jangka pendek evaluator adalah untuk melakukan evaluasi sedemikian, sebagai cara untuk mendukung dan memelihara hubungan dengan klien; tujuan jangka panjang adalah untuk memenangkan kontrak evaluasi di masa depan.
Jangkauan evaluator dan klien memiliki kesepakatan tentang pertanyaan yang akan ditangani oleh evaluasi. Seringkali pertanyaan-pertanyaan ini ditentukan dalam perjanjian pendanaan meliputi program yang akan dievaluasi dan dengan demikian dapat berasal dari sebuah agen federal atau sponsor lainnya. Klien tidak terlalu khawatir tentang sifat dari pertanyaan evaluasi tetapi bahwa “benar” jawaban diberikan, bahkan jika mereka tidak benar. Tujuan klien adalah untuk mendapatkan laporan kesimpulan program positif yang akan bisa diterima dengan lembaga pendanaan atau mungkin papan yang mengatur. Jika beberapa pertanyaan penyandang dana tidak dapat secara baik, klien dan evaluator eksternal mungkin setuju untuk berkonsentrasi pada sedikit yang dapat dijawab dengan baik dan tahan yang lain ditangguhkan.
Untuk mendapatkan kesimpulan yang diinginkan, evaluator berkonsentrasi pada pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya akan menempatkan program dalam cahaya menguntungkan. Evaluator lalu menggunakan metode yang pada wajah tampak terdengar namun sebenarnya dapat menjadi bias dalam aplikasi mereka. Metode yang sering dimanipulasi sedemikian rupa untuk menghasilkan data yang muncul untuk mendukung kesimpulan evaluasi itu.
Pandering evaluasi bertujuan untuk membantu evaluator membeli conctracts masa depan dari klien tidak memiliki fitur penebusan. Mereka mungkin membantu klien menipu sponsor mereka menjadi percaya program cacat sebenarnya suara, tapi ini adalah merugikan serius untuk sponsor program dan konstituen dan praktek profesional evaluasi

Pendekatan 4: Evaluation by Pretext (Evaluasi dengan dalih)/pembenaran
Evaluasi oleh dalih ada ketika evaluator sungguh-sungguh dan jujur hasil untuk melakukan evaluasi suara untuk melayani tujuan menyatakan bahwa, tidak diketahui oleh evaluator, adalah menipu dan palsu. Dalam kasus seperti itu, klien bersalah atas perselingkuhan yang menyesatkan evaluator. Evaluator bersalah dengan melanjutkan evaluasi tanpa mengkonfirmasikan tujuan evaluasi yang dinyatakan adalah tujuan sebenarnya.
Khas pertanyaan dalam evaluasi oleh fokus pada program dalih adalah aspek negatif, tetapi mereka mungkin lebih bervariasi tergantung pada tujuan tersembunyi dari evaluasi itu. Evaluasi oleh dalih menggunakan pertanyaan evaluasi yang dinyatakan oleh klien. Dengan demikian, metodologi bukanlah sumber masalah dengan evaluasi oleh dalih. Pendekatan evaluasi tidak memiliki kualitas penebusan dan dapat dilihat sebagai pengganggu aliran Machiavelli.

Pendekatan 5: Empowerment Under the Guise of Evaluation (evaluasi dibawah pemberdayaan)/kaki tangan
Ketika upaya evaluator eksternal untuk memberdayakan sebuah kelompok untuk melakukan evaluasi sendiri yang maju sebagai evaluasi eksternal atau mandiri, mereka cocok label kami pemberdayaan dengan kedok evaluasi.
Sudah kita melihat dua kekurangan dalam pemikiran mereka. Tidak ada klaim tentang pemberdayaan orang dalam evaluasi pemberdayaan. Evaluasi Pemberdayaan tidak dapat dan tidak berusaha untuk memberdayakan siapa pun. Orang memberdayakan diri mereka sendiri. Evaluator pemberdayaan menciptakan lingkungan bagi orang untuk memberdayakan diri mereka sendiri (Fetterman dan Wandersman, 2005).
Kedua, tidak ada yang mengklaim bahwa evaluasi pemberdayaan adalah evaluasi eksternal atau independen. Ini secara eksplisit bentuk evaluasi internal yang dirancang untuk mendorong penentuan nasib sendiri dan perbaikan (dan memupuk bentuk akuntabilitas internal – jenis yang berlangsung lama setelah evaluasi eksternal resmi menghilang dan pihak berwenang mengalihkan perhatian mereka ke hal-hal lain).
Aplikasi ini memberikan evaluees kekuatan untuk menulis atau mengedit laporan sementara atau akhir sementara mengklaim atau memberikan ilusi bahwa evaluator independen disiapkan dan menyampaikan laporan atau setidaknya didukung laporan evaluasi internal.
Sekali lagi kita melihat argumen orang jerami. Tidak ada yang membuat klaim alam ini kecuali penulis. Kekuatan evaluasi pemberdayaan adalah menggunakan proses. Semakin banyak orang mengambil peran aktif dalam melakukan evaluasi mereka sendiri semakin besar kemungkinan mereka adalah untuk: 1) menemukan temuan kredibel, dan 2) menerima dan melaksanakan rekomendasi (karena mereka adalah milik mereka). Menulis dan / atau mengedit merupakan bagian dari budidaya kepemilikan dan harus didorong untuk akurasi. Evaluasi internal dapat didukung atau tidak oleh badan eksternal, tapi itu bukan titik melakukan evaluasi pemberdayaan internal. Intinya adalah untuk membangun kapasitas evaluasi internal.
Tujuan pelatihan dan memberdayakan kelompok yang kurang beruntung untuk melakukan evaluasi yang patut dipuji di kanan mereka sendiri. Namun kelompok memberdayakan untuk melakukan evaluasi mereka sendiri tidak evaluasi (Stufflebeam dan Shinkfield, 2007, 154).

Ringkasan
Sementara itu akan tidak realistis untuk merekomendasikan bahwa administrator dan pengguna evaluasi lain tidak memperoleh dan menggunakan informasi selektif untuk menjaga kelangsungan hidup politik, evaluator tidak boleh meminjamkan nama mereka dan dukungan untuk evaluasi disajikan oleh klien mereka yang menggambarkan set lengkap temuan yang relevan, menyajikan laporan dipalsukan ditujukan untuk memenangkan kontes politik, atau melanggar hukum yang berlaku atau perjanjian formal sebelum di rilis temuan. Jika evaluator menyetujui dan dukungan evaluasi semu, mereka membantu mempromosikan dan mendukung ketidakadilan, membuat keputusan menyesatkan, proyek dan konsep evaluasi yang keliru, kepercayaan rendah dalam pelayanan evaluasi, dan mendiskreditkan profesi evaluasi.
Bahkan ketika tujuan evaluator secara sosial yang konstruktif, tidak berharga dicapai oleh kelompok-kelompok pemberdayaan untuk melakukan evaluasi mereka sendiri jika mereka diajarkan bahwa bias essentialy laporan diri, erroreously dikreditkan sebagai evaluasi independen, dapat diterima. Kita perhatikan evaluator dapat memberikan umpan balik evaluatif swasta untuk klien sah, asalkan evaluasi adalah suara dan sesuai dengan hukum yang bersangkutan, undang-undang, kebijakan, dan perjanjian kontrak yang sesuai pada pengeditan dan pelepasan temuan.

Sumber: Evaluation Theory, Models, and Applications By Daniel L. Stufflebeam & Anthony J. Shinkfield

Tinggalkan komentar

Filed under Teknologi Pendidikan